Mengulas lebih lanjut tentang artikel saya sebelum ini: Menjelang tahun baru, masyarakat terutama muda mudi rosak dengan anak teruna hilang teruna dan anak dara hilang mahkota daranya dengan cara yang cukup menjijikkan.
Betapa sedihnya kita mengenangkan nasib masyarakat kita sekarang terutama muda mudi yang semakin terhakis sifat malunya. Tiada apa yang dikisahkan tentang aurat, pergaulan berlainan jantina dan maruah diri sendiri. Peribadi sebagai masyarakat Timur semakin hari semakin pudar.
Firman Allah: “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari kedua wanita itu berjalan dengan malu-malu, ia berkata: ‘Sesungguhnya bapakku memanggilmu agar ia memberi balasan terhadap (kebaikan)mu member minum (ternak) kami.’ Maka tatkala Musa mendatangi bapaknya (Syu’aib) dan menceritakan kepadanya cerita (mengenai dirinya), Syu’aib berkata: ‘Janganlah engkau takut. Engkau telah selamat dari orang-orang yang zalim itu.’” (Al-Qashash, 28: 25)
Ulasan Tafsir Ibnu Kathir: Ketika kedua wanita itu kembali lebih cepat dengan membawa kambing-kambing ke rumah ayahnya, sang ayah pun tidak percaya dengan kepulangan keduanya yang begitu cepat. Dia menanyakan tentang kondisi kedua puterinya itu. Lalu keduanya menceritakan peristiwa tentang yang dilakukan Musa. Maka sang ayah mengutus salah seorang dari kedua puterinya itu untuk mengajak Musa menemui dirinya.
Allah berfirman: “Kemudian datanglah kepada Musa salah seorang dari wanita itu berjalan dengan malu-malu....” iaitu jalannya wanita-wanita yang terhormat (bukan budak).
Sebagaimana diriwayatkan dari Amirul Mukminin, Umar berkata: “Dia datang dengan menutupkan dengan pakaiannya ke wajahnya.” Ibnu Abi Hatim berkata bahawa ‘Amr bin Maimun berkata, Umar berkata: “Dia datang berjalan dengan malu-malu dengan menutupkan pakaian ke wajahnya, bukan wanita yang amat berani dan yang sering keluar rumah.” Isnadnya Sahih.
Huraian yang serba ringkas mengenai peribadi puteri Nabi Syu’aib sedikit sebanyak boleh diambil pengajaran. Inilah sifat (malu-malu) yang patut ada pada seorang anak gadis apabila berhadapan dengan bukan mahramnya. Cuma cara ‘menutupkan wajah itu’ perlu dibahaskan dengan lebih lanjut lagi. Tetapi, perkara yang utama di sini adalah untuk mengembalikan sifat malu pada diri kita yang kian lama kian runtuh.
No comments:
Post a Comment