Sunday, May 29, 2011

Layang - Layang


Permainan layang-layang ataupun wau mempunyai keunikan yang tersendiri. Dalam permainan ini, ketinggian sesebuah layang-layang ataupun tempoh masa layang-layang itu terbang adalah penunjuk aras gahnya sesebuah layang-layang itu dan semakin menariknya permainan tersebut. Permainan ini berfungsi jika mempunyai dua unsur iaitu kehadiran angin dan tali layang-layang itu sendiri. Fungsi angin adalah untuk menerbangkan layang-layang itu setinggi yang mungkin. Jika tiada angin, mana mungkin layang-layang dapat terbang gah di pangkuan langit. Tali layang-layang pula adalah sebagai 'guidance' atau pengawal layang-layang itu. Pemain layang-layang akan menggunakan tali tersebut untuk mengawal kedudukan layang-layang. Sekiranya tanpa tali, layang-layang akan hilang kawalan atau pedoman dan akan terbang merata-rata mengikut angin tanpa kawalan.

Begitulah diri kita sebagai seorang Muslim. Iman seseorang itu adalah umpama tali layang-layang. Dengan iman, kita akan bertindak atau melakukan sesuatu berdasarkan iman sebagai pedoman, bukan hanya mengikut akal semata-mata ataupun nafsu.

Firman Allah: "Dan bagaimana kamu (sampai) menjadi kafir, padahal ayat-ayat Allah dibacakan kepada kamu, dan Rasul-Nya (Muhammad) pun berada di tengah-tengah kamu? Barang siapa berpegang teguh kepada (agama) Allah, maka sungguh, dia diberi petunjuk kepada jalan yang lurus." (Ali-Imran, 3: 101)

Maka, beruntunglah kita menjadi seorang Muslim dan beruntunglah kerana kita masih mempunyai nikmat Iman dan Islam yang menjadi pedoman sepanjang hayat kita. Tanpa iman sebagai pedoman, hancur binasalah seseorang itu.

Tuesday, May 24, 2011

Penyebab Gagalnya Dakwah: Israaf (Berlebihan)

Israaf mempunyai makna melakukan sesuatu, tetapi tidak dalam rangka ketaatan, atau boros dan melampui batas. (kitab al-Qumus al-Muhiith, 3/15). Tetapi, israaf ialah penyakit rohani berupa perbuatan yang melampui batas kewajaran, baik dalam hal makanan, minuman, pakaian, tempat tinggal, dan lai sebagainya.


Faktor-Faktor Penyebab Israaf
Pertama, latar belakang keluarga. Sikap israaf dapat timbul akibat pengaruh situasi dan kondisi serta latar belakang keluarga. Seseorang yang dibesarkan di sebuah lingkungan keluarga yang diwarnai oleh sikap senang berlaku israaf dan berfoya-foya, maka kmungkinan besar dirinya akan tertulari oleh penyakit itu, kecuali mereka dikasihi oleh-Nya. Seorang penyair melukiskan fenomena tersebut dalam untaian syairnya seperti :

“Seseorang akan tumbuh berkembang, sebagaimana yang dibiasakan oleh orang tuanya”.

Dari keterangan diatas agaknya kita dapat memetik hikmah rahsia ajaran Islam yang meminta kepada para orang tua agar mereka menjadikan tuntutan syariah Allah sebagai rujukan dalam memilih jodoh bagi putra-putrinya :

وَأَنكِحُوا الْأَيَامَىٰ مِنكُمْ وَالصَّالِحِينَ مِنْ عِبَادِكُمْ وَإِمَائِكُمْ ۚ إِن يَكُونُوا فُقَرَاءَ يُغْنِهِمُ اللَّهُ مِن فَضْلِهِ ۗ وَاللَّهُ وَاسِعٌ عَلِيمٌ

“Dan kawinkanlah orang-orang sendirian (belum kawin) diantara kamu, dan (kawinkanlah) orang-orang yang shaleh (baik) di antara hamba-hamba sahayamu yang lelaki dan hamba-hamba sahayamu yang perempuan.” (An-Nuur, 24: 32)


وَلَا تَنكِحُوا الْمُشْرِكَاتِ حَتَّىٰ يُؤْمِنَّ ۚ وَلَأَمَةٌ مُّؤْمِنَةٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكَةٍ وَلَوْ أَعْجَبَتْكُمْ ۗ وَلَا تُنكِحُوا الْمُشْرِكِينَ حَتَّىٰ يُؤْمِنُوا ۚ وَلَعَبْدٌ مُّؤْمِنٌ خَيْرٌ مِّن مُّشْرِكٍ وَلَوْ أَعْجَبَكُمْ ۗ أُولَٰئِكَ يَدْعُونَ إِلَى النَّارِ ۖ وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى الْجَنَّةِ وَالْمَغْفِرَةِ بِإِذْنِهِ ۖ وَيُبَيِّنُ آيَاتِهِ لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَذَكَّرُونَ

“Dan janganlah kamu nikahi wanita-wanita musyrik sebelum mereka beriman. Sesungguhnya wanita budak yang mukmin lebih baik daripada wanita musyrik walaupun ia menarik hatimu. Jangahlan kamu menikahkan orang-orang musyrik (dengan wanita-wanita mukmin) sebelum beriman. Sesungguhnya budak yang mukmin lebih baik daripada orang musyrik walaupun dia menarik perhatian hatimu. Mereka akan mengajakmu ke neraka, sedang Allah mengajakmu ke surga dan ampunan dengan izin-Nya.” (Al-Baqarah, 2: 221)

Kedua, keluasan rezeki yang diperoleh setelah kesempitan. Sebab lain yan dapat mendorong sikap israaf adalah keluasan atau kemudahan dalam mendapatkan rezeki atau kesenangan hidup yang sebelumnya sangat sulit didapatkan. Di kalangan umat ini kerap terjadi kasus orang-orang yang selagi mereka dicoba oleh Allah dengan kesempaitan rezeki dan aneka kekurangan hidup lainnya, mereka mampu bersikap sabar dan tabah menerima keadaan tersebut.

Mereka masih tetap bertahan memegang kendali prinsip-prinsip Ilahi. Akan tetapi manakala mereka dicoba oleh Allah dengan kelapangan rezeki dan kemudahan mendapatkan kesenangan hidup, justru mereka tidak mampu bersikap tawassuth (pertengahan) dan I’tidal (seimbang) dalam mempergunakan harta dan kenikmatan hidup yang ada pada dirinya untuk menuju keridhaan–Nya. Sebaliknya, sikap hidup mereka berbalik drastis dan berlaku israaf dan tabdziir (menyia-nyiakan harta).

Amr bin Auf r.a. meriwayatkan bahwasanya Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, bersabda : “Sebarkanlah berita gembira dan bercita-citalah dengan sesuatu yang membuat kalian senang. Demi Allah, bukanlah kefakiran yang aku kawatirkan atas kalian, tetapi aku kawatir jika dunia telah dihamparkan kepada kalian sebagaimana dihamparkan kepada umat terdahulu, kemudian kalian akan saling berlomba sebagaimana mereka berlomba, sehingga akhirnya, hal iu akan membinasakan kalaian, sebagaimana telah membinasakan mereka.” (HR Bukhari dan Muslim)

Abu Sa’id al Hudri r.a juga meriwayatkan bahwa Rasulullah Shalahu Alaihi Wa salam, bersabda: “Sesungguhnya kehidupan dunia itu manis dan menawan, dan sesungguhnya Allah menjadikan kalian Khalifah di atasnya. Maka takutlah kalian dengan manisnya kehidupan dunia dan waspadalah terhadap wanita , karena sesungguhnya awal fitnah yang menimpa Bani Israel adalah wanita.” (HR. Muslim)


Monday, May 23, 2011

Bahaya Sikap Isti'jaal Para Aktivis Dakwah

Kata isti'jaal, i'jaal, ta'ajjul, semuanya mengandung pengertian yang sama, yaitu "keinginan untuk menyegerakan atau mempercepat apa-apa yang dihajatkan" atau "orang yang menginginkan agar permintaannya terlaksana dengan cepat" atau "memerintahkan orang lain untuk bersegera dalam suatu masalah."

وَلَوْ يُعَجِّلُ اللّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُم بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ

Firman Allah Ta'ala yang menerangkan pengertian seperti itu antara lain: "Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka." (Yunus, 10: 11)

Sedangkan dari segi istilah, yang dimaksudkan dengan isti'jaal ialah "keinginan untuk mewujudkan perubahan atas realitas yang tengah dialami oleh kaum muslimin dalam tempo yang sesingkat-singkatnya, tanpa memperhatikan lingkungan, tanpa memperhitungkan akibat, dan tanpa melihat kenyataan, juga tanpa persiapan bagi pendahuluan, sistem dan sarana." Dengan perkataan lain, isti'jaal merupakan cara berdakwah menginginkan hasil yang maksimal dengan waktu yang sesingkat mungkin.


Isti'jaal Dalam Pandangan Islam
Sikap tergesa-gesa dan terburu-buru merupakan salah satu tabiat yang dimiliki oleh manusia seperti yang telah dinyatakan oleh Allah. Firman-Nya,

وَيَدْعُ الإِنسَانُ بِالشَّرِّ دُعَاءهُ بِالْخَيْرِ وَكَانَ الإِنسَانُ عَجُولاً

"Dan manusia berdo'a untuk kejahatan sebagaimana ia berdoa untuk kejahatan sebagai ia berdoa untuk kebaikan. Dan sesungguhnya manusia itu bersifat tergesa-gesa." (Al-Israa', 17: 11)

خُلِقَ الْإِنسَانُ مِنْ عَجَلٍ

"Manusia itu telah dijadikan (bertabiat) tergesa-gesa." (Al-Anbiya, 21: 37)

Karena sifat itu merupakan tabiat dasar dari setiap manusia,maka Islam menempatkan dan menilainya secara adil dan bijaksana. Islam tidak memujinya atau mencelanya secara keseluruhan, tetapi memuji sebagian dan mencela sebagian lain dari tabiat tersebut.

Isti'jaal akan merupakan sikap yang terpuji asalkan sebelumnya terlebih dahulu dilakukan pengamatan yang cermat dan seksama terhadap dampak dan akibat yang bakal timbul, analisis yang akurat terhadap situasi dan kondisi yang ada, dan setelah terlebih dahulu menyingkap segala sesuatunya secara akurat. Selain tentunya telah memiliki pembekalan dan persiapan yang jitu serta proses tahapan yang benar.

Inilah sikap isti'jaal yang dilukiskan dalam firman Allah Ta'ala tentang Nabi Musa AS;

وَمَا أَعْجَلَكَ عَن قَوْمِكَ يَا مُوسَى ﴿٨٣

 قَالَ هُمْ أُولَاء عَلَى أَثَرِي وَعَجِلْتُ إِلَيْكَ رَبِّ لِتَرْضَى ﴿٨٤

"Mengapa kamu datang lebih cepat daripada kaummu, wahai Musa?" Musa menjawab, "Itulah mereka yang sedang menyusul aku dan aku bersegera kepada-Mu. Ya Tuhanku, agar supaya Engkau ridha kepadaku." (Thaha, 20: 83-84)

Maksudnya, setelah terlebih dahulu mengkaji dan memperhatikan segala sesuatunya, Nabi Musa AS menganggap perlu untuk bersegera pergi terlebih dahulu dibandingkan kaumnya. Ini karena menurut penilaiannya, hal tersebut akan memberikan manfaat dan maslahat yang lebih banyak daripada jika bersama-sama kaumnya.

Sedangkan sikap isti'jaal yang tercela yaitu jika mengabaikan perhitungan yang matang. Atau dengan perkataan lain pengambilan keputusan secara cepat, namun dengan cara nekad atau membabi-buta. Sikap isti'jaal seperti itulah yang dimaksud oleh Rasulullah shallahu alaihi wa sallam saat beliau bersabda kepada Khabbab Ibnul Art.

Suatu hari Khabbab mendatangi Nabi, mengeluhkan siksaan dan penderitaan yang tengah dialami oleh dirinya dan para sahabat lainnya. Dia kemudian Rasulullah shallahu alaihi wa sallam, untuk memohonkan pertolongan dari Allah serta mendo'akannya. Rasulullah shallahu alaihi was sallam bersabda :

"Orang sebelum kalian digalikan sebuah lubang untuknya di atas tanah, kemudian mereka dimasukkan ke dalamnya. Setelah itu diambilkan sebuah gergaji dan diletakkan di atas kepalanya hingga terpotong menjadi dua bagian. Akan tetapi, hal tersebut tidak menggoyahkan agamanya. Kemudian ada juga yang disisir besi, sehingga terlepas daging dari tulangnya. Akan tetapi, hal itu juga tidak menggoyahkan agamanya. Allah pasti akan menyempurnakan masalah ini, sehingga akan berjalan seorang dari Sana'a ke Hadramaut, di mana ia tidak sedikitpun terhadap sesuatu kecuali kepada Allah, dan dari serigala yang akan menyerang kambingnya. Akan tetapi, kalian terburu-buru." (HR. Bukhari)

Wallahu'alam.


Saturday, May 21, 2011

Peranan Rasul



Firman Allah: "Dialah yang mengutus seorang Rasul kepada kaum yang buta huruf dari kalangan mereka sendiri, yang membacakan kepada mereka ayat-ayat-Nya, menyucikan (jiwa) mereka dan mengajarkan kepada mereka Kitab dan Hikmah (Sunnah), meskipun sebelumnya, mereka benar-benar dalam kesesatan yang nyata." (Al-Jumu'ah, 62: 2)

Dalam kita menyingkapi tugas Rasulullah dalam berdakwah, perlunya seorang dai'e mengetahui cara-cara atau langkah-langkah baginda berdakwah dan isi-isinya supaya benarlah kita berdakwah mengikut cara Rasul dan bukannya mengikut cara sendiri ataupun hentam keromo.

Pertama sekali adalah Tilawah iaitu membacakan. Bertepatan dengan wahyu pertama dalam Surah al-Alaq iaitu Iqra' menunjukkan betapa penting dan perlunya kita membaca al-Quran. Bahkan tidak cukup membaca sahaja, perlunya mentadabbur, memahami isi kandungan al-Quran dan menghafal surah semampu yang mungkin. Al-Quran adalah ayat-ayat cinta dari Allah dan membacanya adalah seolah-olah Allah s.w.t. sedang melafazkan ayat-ayat cinta-Nya kepada kita.

Yang kedua adalah Tazkiyyah iaitu menyucikan. Itulah sebabnya qiamullail adalah wajib bagi Rasulullah dan bagaimana jiwanya amat dipelihara oleh Allah s.w.t. Itu sebabnya, sebagai seorang dai'e, pemantapan ibadah ataupun mutabaah cukup penting untuk memastikan hubungan dengan Allah amat dipelihara. Tazkiyyah ini jugalah yang memastikan seorang dai'e itu cukup berakhlak, tidak sombong, tidak mudah menyesatkan orang, tidak cepat menganggap dirinya yang terbaik dan lain-lain.

Yang terakhir adalah Ta'lim iaitu mengajarkan. Tidak cukup bagi seorang murobbi jika hanya dia saja yang alim dan tidak berkongsi ilmu dengan mad'u-mad'u yang lain. Perlunya di sini, seseorang itu berharakah untuk berdakwah kepada orang lain dan mengajarkan ilmu-ilmu agama kepada mereka tentang Islam.

Dalam ketiga-tiga method ini, ianya bersifat berterusan. Sesetengah orang yang diajak untuk berdakwah, sering menolak dengan memberi alasan bahawa dirinya tidak cukup baik lagi. Maknanya proses tazkiyyah itu tidak mantap lagi dan setelah betul-betul mantap, barulah dia akan berdakwah atau melakukan ta'lim. Sebenarnya, ini adalah proses yang berterusan dan mana ada manusia di muka bumi ini yang betul-betul mantap melakukan tazkiyyah kecuali para Nabi dan Rasul. Jika alasan ini diberikan, maka 'nobody' akan melakukan kerja-kerja dakwah. Yang sebenar-benarnya, setelah melakukan ta'lim, proses tilawah dan tazkiyyah itu perlu terus berjalan hinggalah matlamat dalam menlakukan kerja-kerja dakwah tercapai.


*Ini adalah tazkirah pertama yang diberikan setelah menemui tarbiyyah dan disampaikan di Surau SH3, Desasiwa Lembaran pada pertengahan tahun 2004

Tuesday, May 17, 2011

Selamat Hari Murobbi

Pagi semalam, saya mendapat dua SMS daripada ikhwah seperjuangan. "Selamat Hari Murobbi!" Tersenyum apabila membaca SMS tersebut. Moga-moga semakin teguh menjadi seorang murobbi atau pendidik dan dapat membentuk lebih ramai murobbi yang lebih hebat dan berkualiti.
Amin Ya Rabbal Alamin...

Monday, May 16, 2011

Selamat Hari Pendidik

Bersempena dengan tarikh 16 Mei, saya ingin mengucapkan Selamat Hari Pendidik kepada:
- Ayahanda Mohd Kamal bin Mohd Hanifah dan Abd Sattar bin Mohd Hanifah serta Bonda Yatimah binti Sheikh Ahmad dan Zaleha binti Ibrahim
- Seluruh ahli keluarga termasuk adik beradik dan saudara mara
- Guru dan staff Tabika Kemas Kampung Pondok Rasah (Tahun 1989)
- Guru dan staff Sek. Keb. Dato' Bandar Rasah (Tahun 1990 - 1995)
- Guru dan staff SMKA Sheikh Haji Mohd Said (Tahun 1996 - 2000)
- Guru tuisyen saya semasa sekolah rendah dan sekolah menengah
- Pensyarah dan staff Matrikulasi Kolej Chermai (Tahun 2001 - 2002)
- Pensyarah dan staff Universiti Sains Malaysia, Kampus Kejuruteraan, Nibong Tebal (Tahun 2002 - 2006)
- Staff Malaysian Transformer Manufacturing Sdn Bhd (Latihan Industri, Tahun 2005)
- Staff Taitsu Electronics (M) Sdn Bhd (Tahun 2006 - 2010)
- Pensyarah dan staff Kolej Universiti Islam Selangor (KUIS) (Tahun 2008)
- Pensyarah dan staff Universiti Malaya, Akademi Pengajian Islam (Tahun 2009)
- Pensyarah dan staff Universiti Putra Malaysia, Kampus Kejuruteraan (Tahun 2009 - Kini)
- Staff National Institute Occupational Safety and Health (NIOSH) (Tahun 2010 - Kini)
- Ikhwah-Ikhwah dan Akhwat-Akhwat seperjuanganku sejak mengenali dunia Tarviyyah
- Seluruh kenalan yang pernah berdamping dengan diriku

Terima kasih di atas segala tunjuk ajar dan bimbingan kalian yang memberikan diriku dari sekecil-kecil ilmu hingga sebesar-besar ilmu dan membimbing dan mentarbiyyah diriku ke arah jalan yang benar.
Jazakallah khairan kathira....

Wednesday, May 4, 2011

Kematian Osama bin Laden

Hari Isnin lepas, seluruh mendapat berita kematian Osama bin Laden dan tentera US mendakwa berjaya membunuhnya. Mendengar berita tersebut, macam-macam reaksi ditampilkan. Ada yang bersorak gembira kerana menganggap keganasan telah hilang dan keamanan kembali. Ini kerana, Osama ditampilkan oleh US sebagai pengganas No. 1 yang dikehendaki dunia. Ada yang bersedih kerana menganggap perjuangan menentang kuasa Amerika dan paksi kejahatan akan terbantut. Bahkan, ada juga yang tidak percaya akan berita ini, seolah-olah direka-reka.

Bagi saya, saya masih keliru dan tertanya-tanya tentang watak Osama itu sendiri. Adakah watak Osama itu benar-benar wujud? Benarkah Osama seperti yang digambarkan oleh Amerika sebagai pengganas dan yang terlibat dalam serangan WTC pada 11 September iaitu hampir sedekad yang lalu? Sedangkan dalam kenyataan video Osama, beliau sendiri tidak pernah mengaku terlibat dengan serangan tersebut. Ketika serangan WTC, tiba-tiba Presiden US dahulu, George Bush mengeluarkan watak Osama yang dilabel sebagai perancang serangan tersebut. Lantas, diserangnya seluruh Afghanistan dengan alasan negara tersebut menyembunyikan Osama. Osama dijadikan alasan untuk US bertapak di Afghanistan. Bijak sungguh si koboi US, serangan WTC seolah-olah rahmat dan peluang kepadanya untuk menawan Afghanistan, Iraq dan menghancurkan Saddam Hussein. Setelah sedekad memburu Osama, akhirnya US mendakwa berjaya membunuh Osama. Banyak keraguan dari segi gambar, lokasi dan cara beliau dibunuh. Mungkin ini cara terbaik yang boleh dilakukan oleh Presiden US, Barrack Obama melunaskan janji-janjinya untuk mengundurkan tentera dari Afghanistan. Jika Osama mati, Obama boleh mengisytiharkan misi di Afghanistan berjaya dan US boleh mengundurkan tenteranya. Lagipun, watak Osama masih boleh diragui. Wataknya diwujudkan oleh US dan boleh dimatikan oleh US sendiri.

Inilah Perang Saraf yang dilakukan oleh musuh Islam hingga menyebarkan fitnah ke atas seluruh umat Islam di dunia ini.

Tuesday, May 3, 2011

Iraq dan Libya

Konflik di Libya semakin parah. Pada mulanya, pemberontakan rakyat terhadap pemimpin utama Libya iaitu Muammar Gaddafi. Kini, sudah melibatkan kuasa luar yang pasti mempunyai agenda tertentu untuk campur tangan. Berita terbaru, hasil serangan NATO mengakibatkan kematian anak bongsu dan cucu Muammar Gaddafi. Lantas berita ini, menggembirakan sesetengah rakyat yang menentang pimpinan Muammar Gaddafi. Seolah-olah kehadiran NATO dan kuasa luar memberikan rahmat kepada penentang Muammar Gaddafi dan kejayaan NATO adalah kejayaan mereka. Apa akan jadi jika NATO berjaya menghancurkan kekuasaan Muammar? Adakah rakyat bersorak gembira atau sebaliknya?

Teringat ketika era kejatuhan Saddam Hussein di tangan US. Dia, anak-anaknya, orang kanannya dan segala kekuasaanya mati dan hancur musnah angkara US. Ketika kejatuhannya, begitu ramai rakyat Iraq yang bersorak gembira khususnya mereka yang berdendam dengan pimpinan diktator itu. Bagi mereka, kematian Saddam merupakan satu rahmat dan Iraq akan kembali aman. Benarkah? Bagaimana keadaan Iraq sekarang? Sebenarnya yang betul-betul gembira dan berjaya adalah US bukan rakyat Iraq. Hingga sekarang, Iraq masih huru-hara bahkan keadaannya lebih teruk berbanding ketika pemerintahan Saddam Hussein. Mungkin dahulu, kebencian sebahagian rakyat Iraq menyebabkan mereka tidak berfikir panjang hingga rela kuasa luar buat kacau di negara mereka sendiri asalkan Saddam hancur. Kini, majoriti mereka menyesal atas tindakan mereka.

Bagi saya, konflik di Iraq tiada bezanya dengan Libya. Sepatutnya, bila melihat hasil di Iraq, patutnya orang Islam lebih cerdik dan mengambil pengajaran supaya tidak berulang di Libya dan di negara lain. Kita harus tahu, siapa sebenar musuh kita sama ada orang Islam sendiri ataupun Taghut di luar sana. Wallahua'lam.

Sunday, May 1, 2011

Sumpah

"Woi,, siapa yang conteng buku aku ni? Rahim, kau ke yang conteng?" marah dan sergah Saiful.
"Eh, tak lah. Aku tak usik pun buku kau," jawab Rahim.
"Ah, sudahlah, aku tak percaya. Aku tahu, kau yang conteng buku aku. Kau memang suka cari gaduh dengan aku kan?" gesa Saiful.
"Betul lah, aku tak buat. Janganlah asyik tuduh aku je," balas Rahim.
"Kalau betul kau tak buat, kau kene bersumpah depan aku yang kau tak buat," paksa Saiful.
"Sumpah! Demi Allah, aku tak conteng buku kau," sumpah Rahim
"OK. Kalau kau tipu, nanti kau dimakan sumpah!" balas Saiful

Itulah kisah-kisah ketika bersekolah dahulu. Nak kan kepastian, sumpah digunakan atau dimainkan untuk menyelesaikan suatu masalah. Entah boleh percaya atau tidak pada sumpahan itu. Ye la, budak sekolah, mana tahu sangat dosa pahala, syurga neraka dan laknat dari Allah. Yang penting, terlepas dari tuduhan.

Rupa-rupanya, si tua bangka pun suka bersumpah sekarang ini. Ingatkan budak-budak je. Nak kata tak tahu dosa pahala, syurga neraka dan hukum Allah, dah akil baligh dan beranak pinak dah pun. Mungkin terlalu jahil hinggakan tak pernah mentadabbur al-Quran ataupun belajar dan mendengar pendapat ulama'.

Islam itu sangatlah indah. Cuma penganut Islam saja yang tidak menghayatinya, lantas Islam itu digelakkan. Al-Quran dan As-Sunnah ada untuk dijadikan rujukan, bukannya kepala otak yang jahil. Harap-harap peristiwa ini tidaklah menjadi trend dan biarlah sedikit sahaja yang jahil dan bodoh dalam agama, bukan semua umat Islam. Wallahua'lam.