Sambungan daripada perbahasan mengenai ayat-ayat muhkamaat dan mutasyabihaat, Imam Ahmad meriwayatkan dari ‘Aisyah, dia berkata: Rasulullah s.a.w. pernah membaca ayat (Ali Imran. 3: 7), lalu baginda bersabda:
Jika kalian melihat orang-orang yang berbantah-bantahan tentang al-Quran, maka mereka itulah orang-orang yang dimaksud oleh Allah, maka waspadalah terhadap mereka.”
Hadith ini juga diriwayatkan oleh Imam al-Bukhari ketika menafsirkan ayat ini, Imam Muslim dalam kitab al-Qadar dari kitab Shahihnya dan Abu Dawud dalam as-Sunnah pada kitab Sanannya.
Imam Ahmad berkata: “Abu Kamil telah menceritakan kepada kami, Hammad menceritakan kepada kami, dari Abu Ghalib, ia berkata: ‘Aku pernah mendengar Abu Umamah menyampaikan sebuah hadith dari Nabi s.a.w., mengenai firman Allah: “Adapun orang-orang yang di dalam hatinya cenderung kepada kesesatan, maka mereka mengikuti sebagian dari ayat-ayat yang mutasyabihaat,” baginda mengatakan: ‘Mereka itulah golongan Khawarij.’ Dan juga firman-Nya: “Pada hari yang pada waktu itu ada muka yang putih berseri dan ada pula muka yang hitam muram.” (Ali Imram, 3: 106). Beliau mengatakan: “Mereka (muka yang hitam muram) itulah golongan Khawarij.’”
Hadith ini juga diriwayatkan Ibnu Mardawaih melalui jalur lain, dari Abu Ghalib, dari Abu Umamah, lalu beliau menyebutkan (teks hadith)nya. Minimal darjat hadith ini mauquf dari perkataan Sahabat. Namun demikian, makna hadith ini shahih, kerana bid’ah yang pertama kali terjadi dalam Islam adalah fitnah kaum Khawarij. Yang menjadi penyebab pertama mereka dalam hal itu adalah masalah dunia, yakni ketika Nabi s.a.w. membahagikan ghanimah Hunain (harta rampasan perang pada Perang Hunain), maka dalam akal pemikiran mereka yang rosak seolah-olah melihat bahawa baginda tidak adil dalam pembahagian tersebut. Sikap mereka itu mengejutkan Nabi s.a.w. lalu juru bicara mereka, iaitu Dzul Khuwaishirah (si pinggang kecil) -semoga Allah membelah pinggangnya- berkata: “Berlaku adillah engkau sebab engkau telah berlaku tidak adil.” Lalu Rasulullah bersabda:
“Sungguh telah gagal dan merugilah aku, jika aku tidak berlaku adil. Bukankah Allah mempercayaiku (untuk) memimpin penduduk bumi ini, sedang kalian tidak mempercayaiku?”
Maka ketika orang itu berpaling, Umar al-Khattab (menurut riwayat lain, Khalid al-Walid) meminta izin untuk membunuhnya, maka baginda bersabda:
“Biarkan saja dia. Sesungguhnya akan keluar dari kalangan dia, -maksudnya dari kelompoknya- suatu kaum yang mana salah seorang di antara kalian memandang remeh solatnya dibandingkan solat mereka, dan bacaannya dibandingkan bacaan mereka. Mereka keluar dari agama seperti tembusnya anak panah dari sasarannya. Maka di mana pun kalian menemukan mereka, bunuhlah mereka, kerana sesungguhnya tersedia pahala bagi orang yang dapat membunuh mereka.”
Setelah itu, mereka muncul pada zaman Khalifah Ali bin Abi Talib dan mereka dibunuh di Nahrawan. Kemudian lahirlah dari mereka ini berbagai kelompok, golongan, pendapat, kesesatan, ungkapan-ungkapan dan aliran-aliran yang sangat banyak dan menyebar di mana-mana. Maka muncullah aliran Qadariyayah, Mu’tazilah, Jahmiyyah dan kemlompok bid’ah seperti yang diberitahukan oleh Rasulullah s.a.w. melaui sabda baginda:
“Ummat ini akan terpecah menjadi 73 golongan, semuanya berada di neraka kecuali satu.” Para Sahabat bertanya: “Siapakah mereka itu ya Rasulullah?” Baginda menjawab: “Iaitu orang yang mengikuti jalanku dan para Sahabatku.”
Hadith di atas diriwayatkan oeh al-Hakim dalam kitabnya, al-Mustadrak.
Rujukan:
1) Dr. Abdullah bin Muhammad bin Abdurrahman bin Ishaq Alu Syaikh, “Tafsir Ibnu Katsir (Jilid 2),” Pustaka Imam Asy-Syafi’i, 2008.
No comments:
Post a Comment